Sabtu, 19 Maret 2011

Mana Yang Lebih Baik? Kerja Keras Atau Kerja Cerdas?

Salah satu topik yang jadi perbincangan hangat terutama dikalangan pekerja adalah lebih baik mana kerja keras atau kerja cerdas? Tidak jarang motivator atau pembicara atau sejenisnya mengagung-agungkan kerja cerdas dan menyepelekan arti dari kerja keras. Slogan yang paling umum adalah buat apa kerja lebih kalau hasilnya sama? Sekarang ini kita hidup dilingkungan di mana kebanyakan orang meilai hasil atau pencapaian adalah segalanya. Orang yang lebih cepat mencapai tujuannya lebih baik daripada yang lebih lambat.

Kalau saya ditanya mana yang lebih baik kerja keras atau kerja cerdas, saya jawab dua-duanya baik. Kalau ditanya mana yang lebih diprioritaskan, kerja keras atau kerja cerdas? Maka saya jawab kerja keras, ya kerja keras. Sudah banyak contoh di mana ketekunan dan kegigihan mengalahkan kecerdasan.

Saya pernah membaca buku berjudul outliers karya Malcolm Gladwell. Saya akui isinya sangat bagus. Dalam salah satu babnya Malcolm menyatakan ada satu angka ajaib untuk membedakan seorang profesional atau bukan. Angka tersebut adalah 10000 jam, ya 10000 jam. Menurutnya siapa pun yang telah menembus angka tersebut dalam bidang yang digelutinya sudah memasuki tahap profesional.

10000 jam memang bukanlah waktu yang sedikit, serta memerlukan totalitas dan ketekunan untuk mencapainya. Misalkan anda seorang programmer yang bekerja dengan jam kerja rata-rata pekerja yaitu sebanyak 48 jam perminggu atau kita bulatkan menjadi 7 jam sehari. Maka dalam setahun adalah telah memprogram selama 7 x 365 = 2555 jam. Maka dibutuhkan sekitar 4 tahun bagi anda untuk menjadi seorang programmer profesional. Jika anda seorang seorang mahasiswa atau pemula yang sedang belajar pemrograman.

Untuk dapat membayangkan arti dari 10000 jam, cobalah anda minimal selama 2 bulan tanpa terputus sama sekali belajar pemrograman 7 jam sehari dan perhatikan perbedaannya ketika anda mulai belajar hingga 2 bulan kemudian. Sebagai orang yang cenderung berfikir kritis saya pernah melakukan pengujian teori ini dalam bentuk sampel di mana saya mempelajari hal baru secara kontinyu selama 8 jam sehari, 7 hari seminggu selama 2 bulan penuh. Hasilnya cukup mengesankan, sekarang bagaimana jika latihan tersebut dilakukan kontinyu selama 10000 jam atau kira-kira 4 tahun?

Sering saya mendengar cerita kejeniusan seorang Bill Gates sang pembuatan Microsoft, Bill Joy perancang Unix dan orang-orang semacam ini. Tapi seringkali cerita kerja keras mereka dilupakan. Menurut Malcolm Gladwell, setidaknya Bill Gates telah menembus angka 10000 jam sebagai programmer sebelum dia lulus SMA. Pola yang sama pun berulang jika anda telusuri kisah hidup yang lain seperti para personil The Beatles, di mana mereka sebelum terkenal harus manggung 8 jam sehari, 7 hari seminggu di berbagi kafe di Jerman dengan fasilitas ala kadarnya. Awal karir sebelum tenar, The Beatles telah manggung sebanyak _____kali, jarang sekali band-band besar lainnya yang manggung sebanyak ___kali dari awal hingga akhir karirnya sedangkan The Beatles sebelum tenar telah manggung dengan jumlah yang tidak sedikit. Mungkin ini alasannya pepatah orang tua dulu menekankan kerja keras, keteguhan dan kesabaran bukan menekankan pada kejeniusan :) JAS MERAH! (Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah – Ir. Soekarno)

Kamis, 10 Maret 2011

Memulai Bisnis Photocopy Bag. 3 (akhir)

Sudah lama juga saya tidak mem-post tulisan di blog saya ini :) tidak jarang saya menerima email yang bertanya cara memulai bisnis photocopy atau menanyakan kenapa saya tidak meng-update blog saya. Satu tahun terakhir ini merupakan tahun terberat yang pernah saya hadapi, Tuhan memberkati saya dengan ujian besar ini supaya saya menjadi orang yang lebih kuat dan sabar (sesuai dengan nama kedua saya hehe :) )

Hmmm, saya sempat bingung ketika awal menulis artikel di blog ini setelah sekian lama tidak menulis. Sudah lupa terakhir menulis sampai mana & ide-ide topik yang akan ditulis sebelumnya sudah lupa total menguap entah kemana. Setelah melihat artikel-artikel sebelumnya, mungkin topik yang cocok adalah mengenai bisnis photocopy bagian 3 yang juga akan saya jadikan sebagai artikel terakhir untuk seri artikel memulai bisnis photocopy.

Untuk mesin anda sudah sedikit paham poin-poin apa saja yang harus diperhatikan. Tidak mungkin juga kan berbisnis jasa photocopy hanya bawa mesin di toko :) Untuk memulai bisnis tentu anda membutuhkan toko atau tempat usaha. Tempat usaha bisa sewa, beli, atau anda sudah memilikinya. Jika anda berniat beli atau sewa cobalah tanyakan pada rekan-rekan anda. Tidak jarang mereka tahu tempat usaha yang disewakan/dijual dan cukup strategis untuk bisnis jasa photocopy.

Strategis atau tidaknya suatu tempat untuk dijadikan usaha photocopy memang gampang-gampang susah. Bisnis tidak seperti ilmu matematika yang memiliki kepastian. Tidak jarang prakiraan awal tempatnya strategis ternyata perusahaan merugi atau sebaliknya. Minimal jika dekat tempat anda banyak dilewati sekolah, universitas, atau perkantoran yang banyak membutuhkan jasa photocopy maka tempat tersebut cukup strategis.

Untuk etalase dan rak sebagai display untuk penjualan alat tulis kantor dan lain sebagainya anda bisa hubungi tukang etalase & kayu/mebel membandingkan harga dan bentuk etalase / rak yang sesuai dengan keperluan usaha anda. Saran saya sedapat mungkin cari yang bekas dengan kondisi masih bagus. Barang-barang seperti ini jarang rusak & selisih antara barang bekas dengan baru cukup jauh.

Terkadang saya mendapat email dimana mencari barang-barang alat tulis kantor dan sebagainya untuk dijual lagi di toko photocopy. Masih ingat dengan pelajaran ekonomi waktu SD & SMP, mengenai alur distribusi barang? Barang dibuat oleh produsen kemudian dikirim ke distributor hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen. Distributor ini pun terbagi lagi menjadi beberapa bagian di antaranya grosir dan pengecer. Nah pada alur distribusi barang ini saya asumsikan anda memiliki toko kecil-kecilan sehingga masuk pada kategori pengeer. Jadi tentu saja anda cari barang dari grosir. Anda sebagai pengecer memperoleh keuntungan dari selisih pembelian barang dari grosir dalam jumlah besar kemudian dijual eceran kepada konsumen. Kalau ditanya lebih detil kenapa harus ada grosir, pengecer, dan lain sebagainya bakal melenceng nih topik malah ke pembahas distribusi & ekonomi bukan bisnis photocopy lagi hehe :) mungkin di lain kesempatan saya bisa menulis pembahasan mengenai hal ini atau tanyakan kepada teman anda yang belajar ekonomi.

Terakhir adalah masalah jilid, gimana sih cara jilid buku mulai dari yang tipis hingga yang tebal? Susah juga kalau menjelaskannya hanya melalui tulisan. Ketika saya memulai bisnis photocopy saya pun tidak bisa menjilid buku, bahkan ketika mesin photocopy datang & toko siap buka saya tidak tahu cara menggunakan mesin photocopy! Triknya sederhana untuk soal ini tapi diperlukan kemauan & semangat :) (cie bahasanya haha) saya pura-pura jilid buku tipis ke tukang photocopy & perhatikan cara dia menjilid sambil tanya-tanya cara jilid & bahan yang dibutuhkan apa saja. Saya beberapa kali pura-pura menjilid ke toko photocopy lain dan kemudian saya praktekan sendiri. Trik lainnya adalah melihat video youtube cara menjilid buku :) Sampai sini tulisan saya untuk kali ini, semoga bermanfaat & silakan ajukan pertanyaan melalui email atau pun pada bagian komentar blog ini jika ada pertanyaan!